berikut ini spesies endemik kepulauan mentawai kecuali
KepulauanMentawai bisa dicek di aplikasi yang disediakan Tirto.id. Terpopuler kemarin di x. Kala Manchester United Patahkan Rekor Kemenangan Arsenal 2003-2004. Kala Manchester United Patahkan Rekor Kemenangan Arsenal 2003-2004 Kepulauan Mentawai Hari Ini. Oleh: Alexander Haryanto - 25 Oktober 2018
Maxomyspagensis (Mentawai Archipelago Maxomys atau Pagai Spiny Rat); Spesies ini endemik di pulau Pagai Selatan, Pagai Utara, Sipora, dan Siberut di Kepulauan Mentawai, Indonesia. Maxomys wattsi (Watts's Sulawesi Maxomys atau Watts's Spiny Rat); Hewan endemik Gunung Tambusisi, Sulawesi Tengah, pada ketinggian antara 1,430-1,830 m dpl.
1 Berikut ini spesies endemik kepulauan Mentawai, kecuali. a. Macaca pignensis b. Simias concolor c. Hylobates klosii d. Presbytis potenziani e. Varanus komodoensis 2. Berikut ini yang bukan merupakan ekosistem bioma yang ada di Indonesia adalah. a. Ekosistem savana b. Ekosistem hutan hujan tropis c. Ekosistem padang rumput d. Ekosistem gurun e.
Sebelumkami membuat ulasan mengenai Kepulauan Togean, kami menggunakan fasilitas pencarian di kompasiana ini dengan kata kunci "Kepulauan Togean" dan Ulasan Kepulauan Togean Halaman 1 - Kompasiana.com
Empatdiantaranya jenis primata yang hanya dimiliki oleh Kepulauan Mentawai yaitu bilou atau siamang kerdil (Hylobates klosii), simakobu atau monyet ekor babi (Simias concolor), bokkoi atau beruk mentawai (Macaca pagensis), dan joja atau lutung mentawai (Presbytis potenziani).
Vay Tiền Nhanh Ggads. Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat merupakan salah satu pulau terindah di Indonesia yang patut dikunjungi. Terdiri dari empat pulau besar yaitu Siberut, Sipora, Pagai Selatan dan Pagai Utara serta terdapat 94 buah pulau kecil, menjadikan Mentawai pulau yang sangat indah dan menjadi tujuan wisata. Sebagai pulau terluas diantara tiga pulau lainnya, Pulau Siberut memiliki kekayaan jenis tumbuhan dan satwa endemik, sehingga sering menjadi tempat penelitian. Tercatat ada 846 jenis tumbuhan, dari 390 genus dan 131 suku, meliputi pohon, semak, herba, liana dan epifit. Sebanyak 503 jenis tumbuhan diantaranya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan obat tradisional. Pulau Siberut menjadi kawasan yang fenomenal dan unik karena tingkat endemisitas yang sangat tinggi yaitu 15% flora dan mencapai 65% untuk mamalia. Dari 29 mamalia yang tercatat di Pulau Siberut terdapat 21 spesies endemik. Empat diantaranya jenis primata yang hanya dimiliki oleh Kepulauan Mentawai yaitu bilou atau siamang kerdilHylobates klossii, simakobu atau monyet ekor babi Simias concolor, bokkoi atau beruk mentawai Macaca pagensis, dan joja atau lutung mentawai Presbytis potenziani. !break! Bilou atau siamang kerdil Bilou atau siamang kerdil Hylobates klossii merupakan jenis primata yang paling terkenal di Mentawai. Bilou memiliki bulu-bulu yang jarang berwarna hitam gelap dan terdapat selaput antara jari kedua dan ketiga. Primata monogami ini hidup secara berkelompok yang terdiri dari induk jantan dan betina dengan anak-anaknya yang belum dewasa, dengan satu keluarga rata-rata tiga sampai empat individu. Sedangkan jumlah anggota dalam satu kelompok dapat mencapai 11 individu. Sebagai jenis arboreal tertua yang masih hidup, bilou merupakan jenis primata yang paling banyak menghabiskan waktu di atas pohon yang tinggi lebih dari 20 meter dengan pakan yang disukainya adalah Ficus sp, nibung liana dan tangkai. Pekik bilou paling sederhana, lebih panjang dan bervariasi diantara pekikan jenis kera arboreal lainnya. Siamang kerdil ini jarang turun ke tanah, karena termasuk satwa yang pergerakannya banyak menggunakan lengan-lengan yang panjang untuk berpindah/melompat dari satu pohon ke pohon yang lain sehingga sulit bergerak di permukaan tanah. Karena arboreal, menjadikan bilou jenis primata yang hidupnya paling dipengaruhi oleh kegiatan penebangan hutan. Primata Arboreal Unik Sedangkan joja atau lutung mentawai Presbytis potenziani mempunyai bentuk yang paling indah diantara primata endemik, dengan punggung hitam berkilat, bagian perut berwarna coklat tua, putih sekitar muka dan leher dan ekor yang panjang dan hitam seperti sutera. Meskipun termasuk dalam genus tropis Asia yang besar dan menyebar luas, joja memiliki keunikan dalam banyak hal. Betina dewasa dan jantan pasangannya ikut serta dalam pekikan dan peragaan tantangan terhadap kelompok lain, tidak seperti kera arboreal jenis lainnya, karena hanya jantan saja yang melakukan kedua hal tersebut. Joja biasanya mengeluarkan bunyi sebelum fajar dan dijadikan sebagai tanda teritori kelompoknya sehingga kelompok-kelompok binatang lainnya dapat menghindarkan diri. Primata arboreal sejati ini, hampir sepanjang hidupnya tinggal di pohon dan jarang sekali turun ke tanah. Makanannya terdiri dari setengahnya berupa buah-buahan, 35% daun-daun dan 15% biji-bijian, kacang, bunga dan materi tumbuhan lainnya. !break! Bekantan Mentawai Simakobu atau monyet ekor babi Simias concolor termasuk kedalam keluarga bekantan. Tetapi simakobu sangat berlainan dari bekantan dan semua bentuk monyet lainnya karena ekornya yang pendek menyerupai ekor babi, badan yang gemuk pendek dan anggota-anggota badan yang sama panjang. Ada dua jenis warna bulu simakobu yaitu kelabu tua dan keemasan. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Padang - Departemen Biologi Universitas Andalas dan Swara Owa akan melakukan survei terhadap enam primata endemik Mentawai yang terancam punah di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, pada 8-23 Juni itu dilakukan karena semakin terancamnya habitat enam primata endemik Mentawai tersebut akibat penebangan hutan secara besar-besaran dalam setahun terakhir yang mengurangi habitat mereka. Penebangan hutan legal terjadi akibat mudahnya pengurusan izin pemanfaatan kayu yang dikeluarkan pemerintah di hutan Kepulauan Mentawai terdapat enam spesies primata dari empat genus yang hanya dapat ditemukan di sana. Keenamnya kini berstatus terancam punah endangered. Keenam primata endemik Mentawai itu adalah Owa Mentawai Hylobates klossii atau Bilou, Simakobu Pagai Simias concolor, Joja Mentawai Presbytis potenziani, Joja Siberut Presbytis siberu, Beruk Pagai Macaca pagensis, dan Beruk Siberut Macaca siberu.Pohon habitat primata di hutan Berkat, Tuapeijat, Sipora Kepulauan Mentawai yang ditebang pada Juni 2023.Foto FebriantiKoordinator Survei Primata Mentawai dari Universitas Andalas, Rizaldi, mengatakan Departemen Biologi Unand dan Swara Owa, lembaga konservasi primata di Yogyakarta, bekerja sama untuk melakukan survei primata di keempat pulau besar di Kepulauan Mentawai, yaitu Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai ancaman yang dihadapi primata endemik Mentawai tersebut semakin meningkat dengan terjadinya deforestasi hutan akibat penebangan.“Ini yang paling kita khawatirkan, primata akan kehilangan habitat, degradasi hutan atau gangguan terhadap habitatnya saja sudah bisa menurunkan jumlah populasi primata, apalagi kalau hutannya di-clearing, itu akibatnya akan sangat parah,” kata Rizaldi kepada Minggu, 4 Juni mengatakan karena kondisi kerusakan habitat primata pada keempat pulau di Kepulauan Mentawai itu, maka perlu dilakukan survei lapangan untuk mengumpulkan informasi terbaru terkait status konservasi primata tersebut dan habitatnya saat “Dalam survei ini kita tidak hanya fokus pada berapa jumlah populasi primatanya saja, tetapi juga mau mensurvei bagaimana kondisi populasinya saat ini. Kondisi habitatnya, di mana primata yang bisa ditemukan dan di mana yang tidak ditemukan, kemudian ancamannya apa, itu yang perlu kita ketahui,” akan dilaksanakan oleh 20 mahasiswa Biologi Universitas Andalas, mahasiswa Kehutanan Universitas Muhamadiyah Padang dan tim dari Malinggai Uma, lembaga konservasi di Siberut. Survei dilakukan pada keempat pulau utama, yaitu Pagai Utara, Pagai Selatan, Sipora, dan Siberut. Khusus di Siberut survei dilakukan di luar kawasan konservasi Taman Nasioanal Director Swara Owa Arif Setiawan mengatakan Kepulauan Mentawai merupakan salah satu prioritas global dalam konservasi spesies primata endemik. Khusus primata endemik Mentawai menjadi perhatian lembaga konservasi dunia karena melihat keterancamannya yang saat ini semakin meningkat.“Sejak 2015 IUCN sudah mulai memberi perhatian kepada primata Mentawai dan kegiatan survei ini didanai Manday Nature, sebuah lembaga konservasi dari Singapura. Ini juga rekomendasi dari IUCN,” kata Arif yang juga peneliti primata dan anggota IUCN primate specialist primata ini juga untuk mengumpulkan semua data research tentang primata Mentawai di luar kawasan konservasi Taman Nasional Siberut. “Kita nggak punya update terbaru tentang primata Mentawai, terakhir hanya update populasi Bilou pada 2015 dari hasil penelitian saya, yang lainnya data lama,” update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari di kanal Telegram “ Update”. Klik untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
– Kepulauan Mentawai yang berada di Provinsi Sumatera Barat dikenal memiliki keanekaragam hayati yang tinggi. Terdiri dari empat pulau besar yaitu Siberut, Sipora, Pagai Selatan dan Pagai Utara serta terdapat 94 buah pulau kecil lainnya. Siberut merupakan pulau terluas yang didalamnya terdapat kawasan Taman Nasional Siberut yang memiliki kekayaan flora dan fauna. Tingkat endemisitas disana sangat tinggi yaitu 15% flora dan mencapai 65% untuk mamalia. Dari 29 mamalia yang tercatat di Pulau Siberut terdapat 21 spesies endemik. Empat diantaranya jenis primata endemik hanya dimiliki oleh Kepulauan Mentawai. Empat jenis primata endemik tersebut yaitu Joja atau Lutung Mentawai Presbytis potenziani, Simakobu atau Monyet Ekor Babi Simias concolor, Bokkoi atau Beruk Mentawai Macaca Pagensis, serta Bilou atau Siamang Kerdil Hylobates klosii. Keempat primata ini termasuk kedalam hewan yang dilindungi, sehingga dilarang dalam segala bentuk perburuan dan perdagangan satwa.. Nah, kali ini kita akan mengenal lebih dekat dengan primata endemik Kepulauan Mentawai Lutung Mentawai/ Joja Primata yang satu ini dapat ditemukan di beberapa habitat seperti hutan primer dan sekunder, dataran rendah seperti hutan rawa, sekitar daerah perladangan sampai perbukitan di Kepulauan Mentawai. Lutung Mentawai terdiri dari 2 subspesies yaitu Presbytis potenziani potenziani yang tersebar di Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Selatan serta Presbytis potenziani siberut yang tersebar di Pulau Siberut. Lutung Mentawai ini memiliki ciri-ciri yakni punggung hitam berkilat, bagian perut berwarna coklat tua, putih sekitar muka dan leher serta ekor yang panjang dan hitam seperti sutera. Lutung Babi Mentawai /Simakobu Simakobu memiliki habitat yang sama dengan lutung Joja. Simakobu juga terdiri dari 2 subspesies yaitu Simias concolor concolor yang tersebar di Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Selatan serta Simias concolor siberu yang tersebar di Pulau Siberut. Primata ini memiliki warna tubuh cokelat gelap keabu-abuan dan ada juga yang berwarna keemasan dengan warna rambut pada jambul kepala dan bahu lebih gelap. Kaki dan tangan berwarna kehitam-hitaman. Beruk Mentawai Satwa endemik yang satu ini kerap kali ditemui di beberapa habitat seperti hutan bakau, hutan pantai, hutan sekunder, hutan primer, dan hutan-hutan di dekat pemukiman warga. Beruk ini terdiri dari 2 subspesies yaitu Macaca pagensis pagensis yang tersebar di kawasan Sipora, Pagai Utara dan Selatan serta Macaca pagensis siberut yang tersebar di Pulau Siberut. Primata endemik ini memiliki ciri khas yaitu warna rambut bagian pipi berwarna putih dengan mahkota berwarna coklat. Lalu rambut pada dahi, puncak dan mantel agak panjang serta jambang pada pipi berwarna kelabu kecoklatan dan mempunyai batas yang jelas. Siamang Kerdil Masih sama dengan habitat satwa endemik lainnya, habitat siamang kerdil juga berada di tengah hutan primer/sekunder dan daerah pantai hingga perbukitan. Tubuh primata ini ditutupi rambut berwarna hitam, namun rambut tumbuh jarang dan tidak selebat seperti keluarga owa yang lainnya. Seperti kerabatnya, kera ini juga memiliki suara khas dengan alunan suara yang lebih merdu dibandingkan jenis siamang lain. Itulah informasi mengenai satwa endemik Kepulauan Mentawai, khususnya jenis primata endemik. Semoga dapat bermanfaat bagi kamu yang sedang mencari info mengenai primata endemik yang ada di Kepulauan Mentawai ya. ran
Joja atau lutung mentawai menjadi salah satu primata endemik Kepulauan Mentawai yang populasinya menurun/Foto Dok Taman Safari Indonesia Jakarta – Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia TSI dan Taman Nasional Siberut melakukan kegiatan survey keanekaragaman jenis-jenis primata endemik Kepulauan Mentawai pada Juli 2017 hingga Maret – April 2022. Hasil survey tersebut menunjukkan data bahwa populasi empat jenis primata endemik di Kepulauan Mentawai cenderung menurun. Adapun 4 jenis primata endemik tersebut di antaranya bilou atau siamang kerdil Hylobates klosii, joja atau lutung mentawai Presbytis potenziani, monyet ekor babi Simias concolor dan bokkoi atau beruk Mentawai Macaca pagensis. Keempat jenis primata ini tersebar merata di daerah Researcher Taman Safari Indonesia, Walberto Sinaga, menjelaskan laju penurunan populasi primata endemik ini diakibatkan oleh beberapa faktor. “Faktornya perburuan liar, rusaknya habitat akibat deforestasi, dan perambahan hutan. Penurunan populasi juga disebabkan adanya ancaman manusia yang mencakup perburuan dan hilangnya habitat karena manusia terus menebang hutan-hutan tropis secara besar-besaran, membangun jalan, pemekaran wilayah, dan menambang,” jelas Walberto kepada detikcom Kamis 25/10/2022. Walberto turut mengungkapkan menurunnya populasi memang tidak bisa dikatan langsung terancam punah. Melainkan harus melalui kajian penelitian terlebih dahulu. “Akan tetapi jika di suatu daerah pernah dilakukan penelitian populasi dengan temuan jumlah yang besar dan dalam beberapa tahun kemudian dilakukan penelitian kembali tidak ditemukan atau populasi menurun, maka spesies dapat dikatakan terancam. Untuk mempertahankan keragaman genetik primata, minimal populasi berukuran 50-500 individu agar populasi dapat berkembang biak,” katanya. Bokkoi atau beruk Mentawai menjadi salah satu primata endemik Kepulauan Mentawai yang populasinya menurun Foto Dok Taman Safari Indonesia Oleh karena itu, TSI melakukan survey ini demi mengetahui jenis-jenis, populasi, dan penyebaran primata endemik Kepulauan Mentawai serta mengindentifikasi tindakan-tindakan konservasi lanjutan yang akan dilakukan ke depannya.”Langkah pertama Taman Safari Indonesia dalam mengatasi penurunan populasi primata endemik di Kepulauan Mentawai dengan cara melakukan penelitian dahulu terhadap jumlah populasi di alam. Selanjutnya melakukan kegiatan konservasi melalui program monitoring populasi satwa, membantu Taman Nasional Siberut membangunkan kandang sementara untuk primata yang disita dan akan dilepaskan balik ke hutan,” depannya, TSI juga akan melakukan konservasi edukasi untuk masyarakat Mentawai yang hidup dekat dengan tempat tinggal primata tersebut. Dimulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA dengan tujuan agar masyarakat teredukasi sejak dini mengenai pentingnya konservasi satwa primata. “Dari sisi pencegahan terhadap satwa primata endemik dilakukan koordinasi antar tokoh adat, tokoh pemuda, instansi pemerintah, dan lembaga-lembaga yang terkait terhadap kawasan di Kepulauan Mentawai,” pungkasnya. ega/idr Beruk mentawai Macaca pagensis di Taman Safari, Cisarua, Jawa Barat, Indonesia. Foto Wikipedia/Sakurai Midori Penulis Hamdi, Kontributor Garda Animalia Kepulauan Mentawai yang berada di Provinsi Sumatera Barat memiliki empat jenis primata endemik satu-satunya di dunia. Primata ini adalah Lutung mentawai Presbytis potenziani, Siamang kerdil Hylobates klosii, Beruk mentawai Macaca pagensis, dan Monyet ekor babi Simias concolor. Satwa-satwa primata ini mewakili beberapa marga primata yang ada di Indonesia dan dapat ditemukan di di dalam Kawasan Taman Nasional Siberut. Kepulauan Mentawai, terpisah pada jaman Pleistosen atau sekitar 500 juta tahun yang silam dengan daratan Asia. Keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau memicu terbentuknya jenis khas setiap pulau. Hutan tropis di wilayah ini memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi. Peneliti memperkirakan sekitar 65 persen mamalia dan 14 jenis burung merupakan satwa endemik. Keberadaan primata endemik kepulauan Mentawai terancam oleh penebangan hutan, pembukaan lahan untuk perkebunan, permukiman dan penggunaan Kawasan Ekonomi Khusus KEK. Selain itu, kegiatan perburuan dan perdagangan disinyalir masih marak terjadi di kawasan ini. Kebakaran hutan juga menjadi salah satu ancaman bagi primata-primata ini. Yuk kita kenalan dengan primata endemik Mentawai! 1. Siamang Kerdil Siamang kerdil. Foto Siamang kerdil atau dalam bahasa latinnya Hylobates klossii merupakan primata endemik kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Satwa ini disebut bilou oleh masyarakat lokal. Habitat bilou berupa hutan primer dan sekunder, dari daerah pantai hingga perbukitan. Namun kadang-kadang ditemukan hidup di hutan bakau. Kera ini memiliki kemiripan dengan Siamang, namun berukuran lebih kecil dengan berat tubuh hantan dan betina dewasa rata-rata 5,5 kg dan panjang tubuh rata-rata 45 cm. Tubuh bilou ditutupi rambut berwarna hitam, namun rambut tumbuh jarang dan tidak selebat seperti keluarga owa yang lainnya. Seperti kerabatnya, kera ini juga memiliki suara khas dengan alunan suara yang lebih merdu dibandingkan jenis siamang lain. Fakta Tragis di Balik Tren Pelepasan Burung untuk Acara Peresmian Bilou masuk dalam daftar satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 Tahun 2022 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Kera endemik ini juga masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam IUCN dengan status Rentan/Vulnerable VU. Primata ini juga terdaftar dalam status appendix I dalam Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam CITES yang berarti satwa ini dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. 2. Beruk Mentawai Beruk mentawai atau bokoi. Foto Ist Beruk mentawai atau Macaca pagensis merupakan primata sejenis monyet yang tersebar di Kepulauan Mentawai. Masyarakat lokal menyebut beruk ini dengan nama Bokoi/Siteut. Satwa ini sering ditemui di beberapa habitat seperti hutan bakau, hutan pantai, hutan sekunder, hutan primer, dan hutan-hutan di dekat pemukiman warga. Beruk ini terdiri dari 2 subspesies yaitu M. pagensis pagensis yang tersebar di kawasan Sipora, Pagai Utara dan Selatan serta M. pagensis siberu yang tersebar di Siberut. Bokoi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan beruk, namun dengan ukuran tubuh yang lebih keci. Beruk ini memiliki panjang tubuh berkisar 40-50 cm, panjang ekor berkisar 15-35 cm dan berat tubuh berkisar 10-12,5 kg. Primata endemik ini memiliki ciri khas yaitu warna rambut bagian pipi berwarna putih dengan mahkota berwarna coklat. Ciri lainnya rambut pada dahi, puncak dan mantel agak panjang serta jambang pada pipi berwarna kelabu kecoklatan dan mempunyai batas yang jelas. Saat bersama anggota kelompoknya, bokoi mengeluarkan bunyi ’Kof…Kof…Kof…Kon…Kon…Kon..Kon, yang sangat keras dan disambut berulang-ulang oleh anggota lainnya. Bokoi masuk dalam daftar satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 tahun 2022 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Beruk endemik ini juga masuk dalam daftar merah IUCN dengan status Terancam punah/Critically endangered CR. Satwa ini masuk dalam status appendix II dalam CITES yang berarti bokoi dianggap tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Sebuah Upaya Mencegah Gelombang Kepunahan Primata Indonesia Baca juga Langur Borneo, Primata Langka Indonesia yang Belum Dilindungi 3. Lutung Mentawai Seekor anak Lutung Mentawai Presbytis-potenziani atau yang dalam bahasa setempat disebut Joja, dipelihara warga di Muara Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Minggu 20/5. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/kye/18 Lutung yang memiliki nama ilmiah Presbytis potenziani merupakan primata yang dapat ditemukan di beberapa habitat seperti hutan primer dan sekunder, dataran rendah seperti hutan rawa, sekitar daerah perladangan sampai perbukitan di Kepulauan Mentawai. Penduduk setempat menyebut primata endemik ini dengan nama Joja/Ateipeipei. Joja terdiri dari 2 subspesies yaitu Presbytis potenziani potenziani yang tersebar di Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Selatan serta Presbytis potenziani siberut yang tersebar di Pulau Siberut. Primata ini memiliki ukuran sedang dengan panjang tubuh 50 cm dan panjang ekor ± 55 cm serta berat tubuh berkisar 6-6,5 kg. Joja memiliki warna tubuh hitam pada bagian dorsal dan ekor sedangkan pada bagian vetral berwarna pucat sampai coklat kemerahan. Ciri lainnya pada agian dahi, dagu, pipi berwarna putih. Bagian sekitar kelamin genital putih kekuningan dan individu jantan bagian kemaluan scrotum ditumbuhi rambut putih. Lutung ini dapat dikenal dengan suara yang terdengar serak dan keras. Satwa ini biasa bersuara pada sore hari. Kehidupan sosialnya berbeda dengan jenis primata lainnya, jantan dan betina bersuara dengan prilaku primitif, satu jantan dengan beberapa betina harem. Joja masuk dalam daftar satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 Tahun 2022 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Kera endemik ini juga masuk dalam daftar merah IUCN dengan status Genting/Endangered EN. Satwa ini terdaftar dalam status appendix I dalam CITES yang berarti primata ini dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. 4. Lutung Babi Mentawai Lutung babi mentawai atau simakobu. Foto Dok. IUCNRedList/Wendy M. Erb Lutung babi mentawai Atau dalam bahasa latinnya Simias concolor dapat ditemukan di Hutan primer dataran rendah, hutan rawa, dan hutan perbukitan di Kepulauan Mentawai. Primata endemik ini juga dikenal dengan nama simakobu/masepsep/masepsep simabulau oleh masyarakat setempat. Simakobu terdiri dari 2 subspesies yaitu Simias concolor concolor yang tersebar di Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Selatan serta Simias concolor siberu yang tersebar di Pulau Siberut. Simakobu tergolong kelompok lutung, akan tetapi mempunyai ekor yang berbeda dengan jenis-jenis lutung lainnya. Ukuran ekornya pendek sekitar sepertiga panjang tubuhnya 8-13 cm. Lutung ini berwajah hitam dengan hidung pesek dan bentuk tubuh mirip beruk. Lutung ini memiliki panjang tubuh berkisar 45-52,5 cm dan berat tubuh berkisar 6-9 kg. Primata ini memiliki warna tubuh cokelat gelap keabu-abuan dan adapula yang berwarna keemasan dengan warna rambut pada jambul kepala dan bahu lebih gelap. Kaki dan tangan berwarna kehitam-hitaman. Simakobu masuk dalam daftar satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P106 Tahun 2022 tentang Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Primata endemik ini juga masuk dalam daftar merah IUCN dengan status Terancam punah/Critically endangered CR. Satwa ini terdaftar dalam status appendix I dalam CITES yang berarti primata ini dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional.
Bogor Guru Besar IPB University Roro Dyah Perwitasari mengatakan Indonesia memiliki biodiversitas satwa primata tertinggi di dunia. Ada 61 spesies dari sekitar 479 spesies di dunia, ada di Tanah Air. Ia menjelaskan, satwa primata Indonesia terdiri atas lima famili dari 11 genus. Sebanyak 38 spesies di antaranya adalah endemik. "Hampir di semua wilayah geografi di Indonesia bisa ditemukan satwa primata native asli, kecuali Papua. Satwa primata endemik terbanyak berada di Sulawesi disusul oleh kepulauan Mentawai, Sumatera," ujar Dyah mengutip siaran pers IPB, Jumat, 6 Agustus 2021. Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini? Menurut Dyah, satwa primata Indonesia menghadapi ancaman berupa kehilangan habitat akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia. Konservasi genetik dan aplikasinya untuk konservasi satwa primata menjadi sangat penting sebelum satwa primata punah tanpa data biologi yang lengkap dan rinci. Ia mengatakan, konservasi genetik dalam dua dekade terakhir menjadi alat yang berguna dalam semua pengambilan keputusan berkenaan dengan konservasi alam. Konservasi genetik satwa primata bertujuan mengurangi risiko kepunahan dengan memperhatikan proses-proses genetik dan melestarikan potensi adaptasi spesies. Baca UI-Etana Kerja Sama Riset Pengembangan Obat Berbasis Bioteknologi Ia mengatakan, Tarsius dan monyet ekor panjang Sulawesi dianggap sebagai hotspot keanekaragaman hayati. Posisi geografis dan isolasi biogeografi Sulawesi berkontribusi pada jumlah spesies mamalia endemik yang tinggi. "Salah satu satwa primata endemik di Sulawesi, nokturnal terkecil di dunia yaitu kelompok tarsius. Saat ini kelompok tarsius masuk dalam Daftar Merah IUCN dan dilindungi melalui Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan LHK RI," ujar Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA IPB University ini. Dari studi molekuler, Dyah berhasil mengungkap hibridisasi alami yang terjadi antar dua spesies Tarsius yang mempunyai habitat berbatasan T. lariang dan T. dentatus. Berdasarkan analisis berbagai marka genetik, warna rambut, rambut ekor dan vokalisasi, ditemukan spesies baru yang diberi nama Tarsius wallacei sp. nov. Penamaan ini untuk menghormati Alfred Russel Wallace, naturalis Inggris dan salah satu penemu seleksi alam. Spesies baru ini menempati rentang habitat yang diskontinu di Sulawesi.
berikut ini spesies endemik kepulauan mentawai kecuali